KUTAI BARAT – Asisten Administrasi Umum Setkab Kutai Barat, Sahadi mengungkapkan pencapaian rekor muri penggunaan tas totan [Anjat] atau Mawiq Gawaakng saat perayaan puncak peringatan HUT ke- 24 Kutai Barat, pada Minggu [5/11/2023] lalu, menambah deretan pencapain rekor muri Pemkab Kubar.
Sebelumnya Pemkab Kubar sudah meraih rekor muri yakni Seraung, Ulap, Mandau, Nyumpit dan lainnya. “Sehingga tahun ini kami memilih Anjat untuk rekor muri,” ungkap Sahadi, Senin [6/11/2023].
Sahadi menjelaskan, anjat tersebut dipakai warga saat menghadiri puncak HUT ke -24 Kutai Barat pada Minggu 5 November 2023. Dua hari sebelumnya di lokasi yang sama hadir Presiden Jokowi menyapa warga Kubar.

Tercacat sebanyak 11.376 warga mengenakan Anjat atau Mawiq Gawaakng. Warga memakai anjat dengan perpaduan seraung [topi lebar] sebagai pelindung kepala. Jenis tampilan pakaian adat Dayak Nusantara itu memukau.
Pantauan lapangan, belasan ribu warga yang memakai Anjat dan seraung memenuhi lokasi acara Festival Dahau (syukuran hari jadi) ke-24 Kabupaten Kutai Barat di Taman Budaya Sendawar (TBS), Kecamatan Barong Tongkok, Minggu (5/11/2023).
Para pejabat dan tamu undangan juga tak luput dari pengenaan Anjat seperti Bupati Kutai Barat FX Yapan bersama Istri, Wakil Bupati Kubar, H. Edyanto Arkan dan Istri serta Asisten Administrasi Umum Setkab Kutai Barat, Sahadi.
Tak hanya pejabat Pemkab, Kapolres Kubar AKBP Heri Rusyaman, Komandan Kodim 0912/Kbr Letkol CZI Eko Handoyo dan para pejabat unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda Kutai Barat) juga memakai anjat.

Penggunaan belasan ribu Anjat tersebut akhirnya pecahkan rekor muri, disebut terbanyak bukan hanya di Indonesia tapi dunia.
Sahadi mengatakan pencapain rekor muri ini selain jadi kebanggaan, ini menjadi bukti Pemkab Kubar berkomitmen melestarikan dan terus mempromosikan produk lokal sebagai menjadi identitas masyarakat Kutai Barat.
“Apalagi kita menjadi daerah penyangga IKN yang punya beragam budaya dan kearifan lokal, maka patut kita jaga produk-produk lokal kita sebagai identitas daerah,” terang dia.
Pelestarian bisa dimulai dengan peran aktif masyarakat dalam menjaga tanaman rotan sebagai bahan baku Anjat. “Dengan begitu produk turunannya seperti anjat dan lainnya bisa tetap ada,” ucap Sahadi.
Direktur Marketing Muri, Awang Rahargo mengatakan antusias masyarakat mengenakan anjat jadi yang terbanyak tak hanya di Indonesia melainkan dunia.
“Perisitiwa rekor memakai gawaakng atau anjat dengan peserta terbanyak yang tidak hanya di Indonesia tetapi dunia” ungkap Awang.
Awang menyerahkan langsung piagam rekor muri ke Bupati FX Yapan di Taman Budaya Sendawar (TBS), Kec. Barong Tongkok, Minggu [5/11/2023]. [dtn]






