SAMARINDA – Yayasan Mitra Hijau menggelar workshop bertajuk “Prospek Pengembangan Bisnis Biomassa dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kalimantan Timur” pada 22–23 Oktober 2025 di Hotel Aston Samarinda.
Kegiatan dua hari ini menjadi ruang kolaborasi bagi akademisi, pelaku usaha, dan pemerintah daerah untuk membahas strategi transisi energi pascatambang menuju ekonomi hijau yang berkelanjutan.
Energi dari Bumi- Harapan dari Limbah
Dibuka oleh Dicky Edwin dari Yayasan Mitra Hijau, hari pertama diisi dengan diskusi seputar bisnis biomassa- energi yang berasal dari hasil hutan, pertanian, dan limbah organik yang selama ini sering terbuang.
Milton Pakpahan, Ketua Umum Masyarakat Energi Biomassa Indonesia (MEBI), menekankan pentingnya pemerintah daerah memahami potensi lokal dalam pengembangan biomassa, seperti kaliandra dan limbah cangkang sawit, untuk pembangkit listrik. Melalui transisi energi, diharapkan tercipta ekonomi sirkular bagi masyarakat sekitar tambang dengan pemanfaatan kompor biomassa.
Bersama Widi Pancono, Wakil Ketua Dewan Pakar METI dan Ibrahim Dosen Fahutan Universitas Mulawarman, para peserta diajak melihat bagaimana limbah pertanian, residu kayu hingga hasil hutan bukan kayu bisa menjadi sumber energi berkelanjutan.
Dr. Ibrahim dari Fahutan Universitas Mulawarman menjelaskan, biomassa tergolong energi hijau, sedangkan angin, air, dan matahari termasuk energi biru. Ia menegaskan pentingnya membangun ekonomi berkelanjutan yang ramah lingkungan.
Dihadiri oleh perwakilan dari Pemerintah, Akademisi dan pelaku UMKM diskusi hari pertama berlangsung dinamis membahas peluang bisnis hijau, rantai pasok local hingga kebijakan yang bisa mendukung investasi energi terbarukan di Kalimantan Timur.
Saatnya Menatap Energi dari Langit: Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Selaras dengan tema yang diangkat pada hari kedua, suasana workshop terasa lebih hangat. Dipandu tiga narasumber dari Universitas Teknologi Kalimantan Yun Tonce, M. Ridho dan Happy Aprilia mengajak peserta untuk melihat bagaimana sinar matahari bisa menjadi sumber harapan baru bagi masyarakat pasca tambang.
“Transisi energi harus dimulai dari langkah konkret yang bisa dirasakan masyarakat, untuk itu perlu adanya peran aktif dan kolaborasi pemerintah daerah, perusahaan swasta agar dapat memperbanyak pemanfaatan PLTS bagi masyarakat” ujar Happy Aprilia. “ pembangkit Listrik tenaga surya bukan hanya solusi teknis tapi peluang ekonomi yang membuat masyarakat mandiri energi”.
Sementara itu, M. Ridho menekankan pentingnya peran perguruan tinggi terkait pengembangan PLTS adalah mempersiapkan insan Pendidikan untuk mampu menjadi penerus pengembangan riset dan kebaruan dari teknologi yang sudah ada agar bisa diimplementasikan di Kalimantan Timur.
Yun Tonce menyoroti harus ada manfaat ekonomi dan manfaat lingkungan. Dirinya menekankan pentingnya perawatan pasca pemasangan PLTS yang selama ini diabaikan dari proyek yang sudah berjalan.
Menjemput Masa Depan Energi Kalimantan Timur
Melalui dua hari diskusi yang padat tapi penuh semangat, Yayasan Mitra Hijau Kembali menegaskan misinya: memastikan bahwa transisi energi tidak meninggalkan siapa pun di belakang.
Dari Biomassa hingga PLTS- dari bumi hingga langit, Kalimantan Timur menunjukkan bahwa energi bersih bisa lahir dari kearifan lokal dan kolaborasi banyak pihak. Workshop ini merupakan titik awal untuk membangun jaringan pelaku energi hijau yang akan membawa Kalimantan Timur menuju masa depan yang lebih bersih, adil dan berkelanjutan. [*]






