Pemkab Kukar Hidupkan Kembali Tradisi Bekesah sebagai Upaya Pelestarian Bahasa Kutai

[doc.ist]

KUTAI KARTANEGARA – Dalam rangka memperkuat pelestarian bahasa daerah sebagai bagian integral dari pembangunan kebudayaan nasional, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Pemkab Kukar) melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) terus mengintensifkan berbagai strategi pelestarian bahasa Kutai. Salah satu langkah signifikan yang menjadi sorotan publik adalah revitalisasi tradisi bekesah—yakni seni bertutur dalam bahasa Kutai—sebagai medium penguatan jati diri budaya lokal.

Pada momentum Pemilihan Duta Budaya yang digelar baru-baru ini, masyarakat disuguhkan dengan pertunjukan kolosal bekesah yang menggugah kesadaran kolektif akan pentingnya mempertahankan warisan budaya takbenda. Pertunjukan ini tidak hanya menjadi bentuk apresiasi terhadap seni tradisi, namun juga dijadikan sebagai instrumen strategis dalam mendekatkan generasi muda kepada akar budayanya.

Kepala Disdikbud Kukar, Thauhid Afrilian Noor, menegaskan bahwa bekesah merupakan lebih dari sekadar media komunikasi, melainkan representasi nilai-nilai sosial dan filosofi hidup masyarakat Kutai yang patut diwariskan lintas generasi.

“Bekesah adalah warisan kultural yang mencerminkan identitas dan kearifan lokal masyarakat Kutai. Melalui revitalisasi tradisi ini, kami ingin menumbuhkan kembali rasa bangga serta kepemilikan masyarakat, khususnya generasi muda, terhadap budaya leluhurnya,” ujar Thauhid dalam keterangannya kepada media.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa upaya pelestarian bahasa tidak cukup hanya melalui jalur pendidikan formal. Menurutnya, kegiatan kultural yang bersifat partisipatif dan kontekstual seperti bekesah terbukti lebih efektif dalam membentuk keterikatan emosional masyarakat terhadap bahasa ibu, khususnya di tengah tantangan globalisasi dan penetrasi budaya luar.

Disdikbud juga menyadari kompleksitas sosial masyarakat Kukar yang multietnis, yang acap kali menyebabkan keterpinggiran bahasa daerah dalam praktik sehari-hari. Dalam konteks tersebut, diperlukan ruang-ruang ekspresi budaya yang inklusif untuk mengembalikan posisi strategis bahasa Kutai dalam kehidupan masyarakat.

“Kami ingin menghadirkan kembali ruang-ruang budaya yang bukan hanya menjadi tempat mengenang, tetapi juga menghidupi kembali warisan tersebut sebagai bagian dari praktik sosial dan identitas daerah,” tambahnya.

Sebagai wujud komitmen berkelanjutan, Disdikbud Kukar akan terus memperluas cakupan kegiatan pelestarian bahasa dan seni tradisi dengan melibatkan partisipasi aktif generasi muda di berbagai jenjang pendidikan. Inisiatif ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang dalam mewujudkan ketahanan budaya daerah dan mendukung agenda pembangunan berwawasan kebudayaan di Kutai Kartanegara. (ADV/DISKOMINFO KUKAR)

Print Friendly, PDF & Email