Samarinda – Strategi komunikasi publik di era digital menuntut peran aktif pemerintah dan masyarakat, tidak hanya dalam menyebarkan informasi positif, tetapi juga cepat tanggap menghadapi isu dan hoaks.
Penegasan ini disampaikan Pranata Komputer Ahli Muda Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kalimantan Timur, Fahmi Asa, saat menjadi narasumber pada Workshop Visualisasi dan Informasi (Visi) bertema “Strategi Pengelolaan Informasi Publik dalam Era Digital”, yang digelar untuk mahasiswa Universitas Mulawarman, baru-baru ini.
Menurut Fahmi, pendekatan proaktif berarti aktif menyebarkan informasi yang akurat melalui berbagai kanal, mulai dari media sosial, situs web, hingga aplikasi digital. Sedangkan pendekatan reaktif menuntut respons cepat saat muncul masalah atau informasi yang tidak benar.
“Sebaiknya isu dan hoaks tidak dibiarkan berkembang tanpa penanganan. Respons cepat sangat penting,” ujarnya.
Fahmi juga menekankan pentingnya desain konten yang sederhana, menarik, dan mudah dipahami agar publik mau membaca dan menyerap informasi. “Orang sekarang mudah scroll dan skip. Kalau informasi tidak menarik, masyarakat cepat berpindah,” katanya.
Berbagai tools desain, seperti Canva, dapat dimanfaatkan untuk membuat konten kreatif yang ramah pengguna, bahkan bisa digunakan oleh pelajar sekolah dasar. Menurut Fahmi, kualitas konten menjadi kunci agar branding lembaga atau instansi publik diterima masyarakat dengan baik.
Terkait kehadiran kecerdasan buatan (AI) dalam pembuatan konten, Fahmi menilai teknologi ini bermanfaat jika digunakan secara tepat.
“AI hanyalah alat. Tanpa ide dan kreativitas manusia, hasilnya tidak akan maksimal. Sentuhan manusia tetap penting,” jelasnya.
Namun, penggunaan AI harus tetap memperhatikan hak cipta serta menghindari potensi negatif, seperti plagiarisme dan deepfake.
“Masyarakat perlu memahami AI agar tidak mudah tertipu dan bisa memanfaatkannya untuk hal-hal positif,” tambahnya.
Fahmi berharap mahasiswa dapat menjadi agen literasi digital, menyebarkan informasi yang benar sekaligus menangkal berita bohong.
“Strategi komunikasi bukan hanya soal teknologi, tetapi juga etika dan tanggung jawab,” pungkasnya. (Mediamitra/pt)