BALIKPAPAN – Pertambangan Batu bara di Kaltim maju pesat. Banyak lahan dikupas, tapi di sisi lain pengelolaan kawasan hutan dan area sekitar tambang juga dikelola secara profesional.
Sejak tahun 2007 – 2008 Kaltim sudah membuat regulasi untuk menurunkan emisi karbon dioksida.
Hal ini disampaikan Gubernur Kaltim Isran Noor dalam kegiatan Seminar Nasional Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca dan Peluang Perdagangan Karbon di Indonesia dilaksanakan di Swiss-bell Hotel
Balikpapan pada 14 – 15 Agustus 2023 lalu.
“Sudah mencapai 30 sampai 40 juta ton karbon dioksida ekuivalen. Nanti hitungan saya tahun 2024 – 2025 kalau kondisinya masih seperti sekarang, masih kita jaga, masyarakat juga bekerjasama, maka bisa menghasilkan 200 juta ton karbon dioksida ekuivalen,” ungkapnya.
Ia juga mengatakan jika dihargai USD 5 dikali 200 juta ton, Indonesia akan dapat menghasilkan USD 1 miliar.
“Itu hitungan saya secara teknis, tapi harganya itu bukan USD 5. Harganya lebih dari itu yaitu di atas USD 20 sampai dengan USD 45 per ton,” terangnya.
Dijelaskan orang nomor satu di Bumi Etam ini, Kalimantan Timur berbasis lahan, dan sudah keluar peraturan gubernur (pergub) untuk menutup lahan-lahan yang terbuka.
“itu untuk sementara, kita tanami pohon-pohon, pohon yang menghasilkan buah-buahan agar segera tumbuh kembali,” ungkapnya. [*]